Festival Bulan Bahasa 2025 Menumbuhkan Adab dan Ilmu Lewat Bahasa
“Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Petikan ikrar Sumpah Pemuda itu kembali menggema di setiap hati generasi muda. Ia bukan sekadar teks sejarah, melainkan napas semangat yang mengingatkan bahwa bahasa Indonesia adalah perekat bangsa, jembatan budaya, dan cerminan karakter. Bahasa bukan hanya alat bicara, melainkan wujud cara berpikir dan bertindak yang beradab.
Dengan semangat itu, MTs Negeri 1 Kota Tangerang menggelar Festival Bulan Bahasa 2025 yang berlangsung pada 27 Oktober 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Mengusung tema “Berbahasa dengan Adab, Berkarya dengan Ilmu,” kegiatan ini diikuti oleh 116 siswa perwakilan dari kelas 7, 8, dan 9. Selama kegiatan berlangsung, suasana madrasah dipenuhi semangat, tawa, dan lantunan kata yang menghidupkan nilai-nilai kebahasaan dalam wujud yang paling indah.
Festival ini menjadi ruang bagi siswa untuk mengekspresikan diri dan menggali makna bahasa Indonesia melalui empat cabang lomba, yaitu membaca puisi, bertutur, berpidato, dan membuat poster. Masing-masing lomba menghadirkan keunikan dan kesan tersendiri bagi peserta maupun penonton. Dalam lomba membaca puisi, suasana terasa khidmat dan penuh penghayatan. Kata demi kata yang dilantunkan para peserta mengalun lembut, membangun emosi dan menggugah rasa. Dari ajang ini, Aisyah Arfa dari kelas 8D tampil memukau dengan pembawaan yang tenang namun penuh makna, hingga berhasil meraih Juara 1 lomba membaca puisi. Penampilannya meninggalkan kesan mendalam bahwa puisi bukan sekadar rangkaian kata, melainkan cerminan jiwa dan kepekaan rasa.
Sementara itu, lomba bertutur menghadirkan suasana yang hangat dan bersahabat. Para peserta membawa pendengar menyusuri kisah-kisah sarat makna dengan gaya bercerita yang ekspresif dan hidup. Setiap intonasi dan gerak tubuh seolah menjadi jembatan antara cerita dan pendengar. Di antara peserta yang tampil, Kayla Putri dari kelas 8D berhasil mencuri perhatian juri dengan kemampuan bercerita yang mengalir, ekspresif, dan menggugah emosi. Tak heran, penampilannya mengantarkannya meraih Juara 1 lomba bertutur, membuktikan bahwa kekuatan bahasa lisan dapat menjadi seni yang menginspirasi.
Pada saat yang sama, lomba berpidato menjadi ajang yang penuh semangat dan energi. Para peserta tampil percaya diri di hadapan dewan juri dan penonton, menyampaikan gagasan dengan bahasa yang santun namun tegas. Di antara para orator muda itu, Mia Ramadhani dari kelas 8A tampil menonjol dengan pidatonya yang jelas, argumentatif, dan menyentuh nilai-nilai moral. Ucapannya tidak hanya menggema di ruangan lomba, tetapi juga menyentuh kesadaran pendengar akan pentingnya berbahasa baik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan performa yang mengesankan, ia berhasil meraih Juara 1 lomba berpidato.
Adapun lomba membuat poster memperlihatkan sisi lain dari keindahan bahasa, yakni bahasa dalam rupa visual. Siswa diajak menggabungkan kata, warna, dan gambar menjadi satu kesatuan pesan yang kuat dan menarik. Dari deretan karya yang dipamerkan, poster karya Moza Anindya dari kelas 8C mencuri perhatian dengan desain yang harmonis dan pesan kebahasaan yang jelas. Poster karyanya menggambarkan makna bahasa sebagai alat ilmu dan adab, hingga akhirnya dinobatkan sebagai Juara 1 lomba membuat poster.
Kegiatan Festival Bulan Bahasa ini tidak berhenti pada semangat kompetisi semata. Di balik setiap lomba tersimpan nilai-nilai yang lebih dalam. Siswa belajar bahwa berbahasa dengan baik bukan hanya soal pilihan kata, tetapi juga soal sikap dan adab. Mereka memahami bahwa kata-kata dapat membangun, tetapi juga bisa melukai. Karena itu, penggunaan bahasa yang santun menjadi bagian dari pembentukan karakter dan cerminan keilmuan seseorang. Bahasa yang baik lahir dari pikiran yang jernih dan hati yang bersih.
Lebih dari itu, festival ini juga membawa dampak sosial yang positif di lingkungan madrasah. Suasana kerja sama, saling mendukung, dan semangat sportivitas tumbuh di antara para siswa. Mereka belajar menghargai kemampuan teman-temannya dan memahami bahwa setiap orang memiliki cara berbeda untuk mengekspresikan cinta pada bahasa Indonesia. Guru dan siswa menjadi satu dalam semangat yang sama, semangat menjaga bahasa sebagai warisan luhur bangsa.
Festival Bulan Bahasa 2025 pun menjadi bukti bahwa belajar bahasa bisa menjadi sesuatu yang menggembirakan dan bermakna. Ia mengajarkan siswa untuk berpikir kritis, berkomunikasi dengan santun, serta berkarya dengan penuh makna. Karena sejatinya, menjaga bahasa berarti menjaga peradaban. Dan dari madrasah inilah, semangat itu terus tumbuh, bahwa berbahasa dengan adab dan berkarya dengan ilmu adalah jalan menuju generasi yang berkarakter, berpengetahuan, dan berbudaya.
Penulis: Novita Angraini, S.Pd.
